Pernah mendengar hubungan antara DNA dan tabiat bangsa ? DNA manusia terbentuk antara lain oleh faktor musim dan makanan. Konon manusia yang hidup di gurun suka terjangkit fatamorgana karena kurang makan sayuran dan buah-buahan. Sedikit banyak para leluhur orang gurun menurunkan DNA ini kepada anak cucunya, sehingga menjadikan sifat pembawaan mereka sama.
Bangsa-bangsa barat dipaksa mematuhi setiap bentuk hukum atau aturan karena dihadang pergantian musim salju, semi, panas, dan gugur setiap tiga bulan. Saat salju turun mereka masuk ke dalam goa setelah menyetok makanan. Pada musim semi dan panas mereka berburu, lalu pada musim gugur siap-siap bersembunyi lagi menghindari siksaan alam. Itulah sebab bangsa-bangsa barat unggul di dunia teknologi yang serba "zero tolerance," karena mereka sudah terbiasa hidup disiplin, sedikit kelalaian berakibat fatal (urusan hidup dan mati).
Berbeda dengan yang hidup di negeri tropis yang amat nikmat karena alam dan makanannya yang sehat. Rasa nyaman di negeri yang buah-buahannya aduhai, anginnya yang sepoi-sepoi, pantainya yang indah, sambalnya yang nikmat nan beraneka ragam, dan seabrek kekayaan alam yang berlimpah ruah membuat bangsa tersebut larut dalam kegemerlapan. Tidak heran, di negeri kita yang kebetulan beriklim tropis ini dikenal konsep "gemah ripah loh jinawi," mangan ora mangan sing penting ngumpul," atau "pela gendong," misalnya.
Bangsa ini gemar mengarang khayalan indah seperti Joko Tingkir atau Si Malin Kundang. Bangsa ini kaya pujangga, budayawan, musisi, sampai tukang ngamen. Hanya di sinilah ada predikat 'gaib' seperti penikmat, penggiat, pemerhati, sampai "pendekar" demokrasi. Dan sesungguhnya bangsa ini terlahir sebagai politisi. Dalam istilah melayu, bangsa ini sanggup "berbual-bual" selama seharian menyantap singkong dan menyeruput bandrek di warung kopi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar