Rabu, 22 Februari 2012

Hujan, Malam, dan Lebuhraya

Di sini waktu menunjukkan pukul 22.00, baru saja aku menelponmu sekedar untuk mendengar suara yang sangat kurindukan. Waktu berlalu sejam lebih cepat di sini, meski secara geografis semenanjung ini tak terlampau jauh dengan pulau diseberang selat sana. Sms pemberitahuan masuk ke inbox, memberitahukan pulsa yang tersisa. Aku tak habis pikir, kenapa GSM di negeri jiran mematok tarif yang begitu murah untuk percakapan internasional ke tanah air, tapi tidak untuk sebaliknya.

Hujan lebat mengguyur bus yang kutumpangi, meski itu tak membuat supir-nya menghentikan laju kendaraan. Kalau bukan karena kaca setebal tak lebih dari 5 cm ini, angin kencang dan basahnya air di luar sana sudah menerpa mukaku. Pendingin di dalam bus mungkin bekerja sangat optimal malam itu, menambah rasa nyaman untuk beristirahat setelah kelelahan melakukan perjalanan seharian dari Kuala Lumpur sampai Malaka.

Aku melihat Rowan Atkinson di depan bus. Sebuah layar kecil menampilkan akting lucunya dalam film Mr. Bean Holiday. Namun, barangkali kombinasi antara dinginnya pengatur udara di dalam bus, rasa lelah, dan malam yang mulai larut membuat sebagian besar penumpang bus terlelap, membuat peran Mr. Bean berganti dari yang ditonton menjadi penonton.

Jalanan tempat busku melaju adalah proyek infrastruktur luar biasa karya negeri jiran. Inilah jalan tol yang mengintegrasikan seluruh kota di pantai barat semenanjung Malaysia (termasuk Pulau Pinang) dari Bukit Kayu Hitam di utara yang merupakan perbatasan dengan Thailand sampai ke Johor Bahru di selatan yang berbatasan dengan Singapura. Terbentang sejauh 847 Kilometer, jalan tol “Lebuhraya Utara-Selatan” merupakan yang terpanjang di seantero Malaysia. Lebuhraya sendiri merupakan frase sebutan orang Malaysia untuk jalan tol.

Lebuhraya Utara-Selatan
Pic: google.com
Melaju di jalan tol ini, seakan membuat kita orang Indonesia begitu iri. Pasalnya, Malaysia yang baru saja memulai proyek infrastruktur tol Lebuhraya ini pada tahun 1977 sebenarnya mempelajari desain konstruksi pembangunan tol Jagorawi yang menghubungkan Ibukota Jakarta dengan kota Bogor dan Ciawi di Jawa Barat yang telah dibangun 4 tahun sebelumnya. Artinya Indonesia harusnya lebih unggul ketimbang Malaysia yang dahulu ‘berguru’ kepada kita.

Namun kini, negeri jiran jauh di atas angin.  Sebab, panjang ruas jalan tol di negeri itu telah mencapai 1.195 kilometer sedangkan Indonesia hanya memiliki panjang ruas jalan tol sejauh 777 kilometer. Padahal luas wilayah Indonesia mencapai enam kali wilayah Malaysia dengan total penduduk 8,5 kali lebih banyak. Bahkan yang lebih memiriskan, salah satu pemilik saham yang tengah membangun ruas jalan tol terpanjang di Indonesia saat ini (tol Cikampek-Palimanan) sejauh 116 kilometer adalah investor asal Malaysia.

Begitulah salah satu negeri paling stabil di kawasan Asia Tenggara ini membangun. Melesat meninggalkan guru yang dahulu mengajarinya dan menjadi salah satu pemain kunci dalam konstelasi ekonomi global.
Bus ini terus melaju ke arah ujung semenanjung ini, hilir-nya Lebuhraya Utara-Selatan. Kota yang menjadi batas langsung dengan satu-satunya negara maju di Asia Tenggara. Barusan kulihat sebuah papan penanda jalan berukuran besar melewati pandangan, “Johor Bahru 44 Kilometer” begitu tulisan yang tertera.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Recent Post