Juhaiman menyadari
bahwa belum pernah ada pria yang pernah melakukan misi ini sebelumnya. Sebuah
misi suci yang akan meniadakan seluruh fitnah di muka bumi dan menyalakan
ketentraman.
Menurutnya, Arab
telah kehilangan jati diri. Masyarakat telah terserap oleh materialisme dan
konsumerisme. Orang-orang membangun rumah mewah, penyiar berita di televisi
tidak mengenakan hijab, musik
dihalalkan, dan bahkan orang-orang kafir kian banyak yang berdatangan ke
negeri tersebut. Tidak ada lagi alasan untuk tetap berdiam diri selain harus
segera bergerak. Ia benar-benar yakin atas apa yang hendak dit empuhnya,
melenyapkan rezim jahat ini dan menegakkan kedamaian di seluruh semesta.
Ia dan para
Ikhwan yang telah cukup berlatih menggunakan senjata siap melakukan misi ini.
Mereka telah menyebar di segenap penjuru masjid dengan membawa sejumlah peti
mati berisikan senjata api. Pihak otoritas tidak pernah memberlakukan
pengawasan yang ketat pada jamaah yang hendak masuk karena tak mungkin ada seorang
muslim yang pernah berpikir untuk membuat keonaran di dalam masjid Al haram.
Haram menumpahkan darah di dalam masjid, sebagaimana masjid itu dinamakan.
Setelah pelaksanaan
sholat Ashar, Juhaiman yang telah memposisikan diri tepat dibelakang imam
menarik senjatanya dan mengambil-alih mikrofon secara paksa. Ia pun mulai
berbicara kepada khalayak bahwa hari penghakiman semakin dekat, Saudi adalah
seburuk-buruknya pemerintahan di dunia, mereka telah keluar dari agamanya,
serta memproklamirkan telah tibanya Al Mahdi. Ia kemudian meminta seluruh
muslim memberikan sumpah setia kepada sang Mahdi yang tak lain adalah kakak
ipar Juhaiman sendiri.
Sebagian
besar jamaah berasal dari Pakistan dan Indonesia. Mereka tidak begitu mengerti
bahasa Arab. Selama hampir dua minggu mereka disandera di dalam masjid al Haram
dengan perasaan ketakutan akan apa yang akan terjadi selanjutnya. Juhaiman menutup
akses keluar masuk masjid tersebut, serta menempatkan sniper di tiap menara
masjid, bersiap untuk membunuh siapapun yang mencoba untuk melarikan diri.
Selama hampir dua minggu prosesi thawaf dan sholat berjamaah lima waktu sama
sekali terhenti.
Tentara pun
dikirimkan oleh pihak otoritas. Namun berbeda dari narasi yang tertuang dalam
hadis tentang Al Mahdi, tentara-tentara yang dikirim oleh pemerintah Saudi itu
tidak ditenggelamkan Allah di tengah padang pasir. Mereka justru berhasil
menembus isolasi yang dilakukan oleh kelompok Juhaiman di masjid al Haram,
meskipun harus dengan menggunakan senjata berat seperti tank dan granat.
Episode yang
terjadi selanjutnya ialah adegan kekerasan. Pilihan manuver militer yang
berlebihan harus dibayar mahal oleh pemerintah Saudi, diperkirakan ratusan
jamaah terbunuh di masjid yang mestinya tidak diperkenankan adanya setetes
darah pun tertumpah.
Juhayman al-Otaybi |
Setelah
kematiannya, tak sedikit orang mengaguminya.
Dalam salah satu ceramahnya, Osama Bin Laden pernah menyatakan rasa simpati kepada Juhaiman. Baginya, Juhaiman adalah inspirasi untuk
memperdalam agama sebelum ia bertempur di Afghanistan melawan Soviet. Bahkan, para
syekh dan kolega Juhaiman di Universitas Madinah, universitas paling bergengsi
di Saudi, juga memandangnya sebagai orang yang berada di jalan kebenaran.
Meskipun harus dicatat, mereka tidak pernah menyetujui aksinya, apalagi
membenarkan klaimnya seputar imam Mahdi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar