Selama
berabad-abad, Islam menyebar dari Semenanjung Arabia ke seluruh dunia, hingga
menembus batas-batas geografis yang mungkin tidak pernah terbayangkan
sebelumnya. Tidak ada yang menyangka, bahkan mungkin oleh sebagian besar Muslim
sendiri, bahwa di belahan utara bumi, tepat di jantung daratan Rusia, hanya 800
KM dari Moskow, pernah berdiri sebuah negeri Islam bernama Volga Bulgaria.
Sebuah negeri yang dibangun di antara Sungai Volga dan Sungai Kama yang pernah
eksis antara abad ketujuh hingga abad ketigabelas Masehi.
Suku Bulgaria
diketahui berpindah dari wilayah Azov sekitar 660 M dibawah komando seorang
Khagan dari Kazar bernama Kotrag. Mereka tiba di Idel-Ural pada abad kedelapan,
dimana mereka kemudian menjadi penduduk yang paling dominan di kawasan itu
hingga akhir abad kesembilan. Mereka berhasil menyatukan pelbagai suku yang
berasal dari tempat yang berbeda-beda. Beberapa Suku Bulgar diketahui
melanjutkan migrasi hingga mereka sampai ke kawasan Sungai Danube di Balkan
yang saat ini dikenal sebagai negara Bulgaria modern.
Volga Bulgaria
mengadopsi Islam pada 922 M, sekitar 66 tahun sebelum Rusia menjadi Kristen.
Pemimpin mereka, Almis, pada tahun 921 mengirimkan dutanya kepada Kekhalifahan
Abbasiyah di Baghdad, meminta sang khalifah mengirimkan guru yang dapat
mengajarkan mereka tentang keislaman. Setahun kemudian, sang duta tiba dengan
membawa Ibn Fadlan, seorang ahli hukum Islam yang ikut bersama sang duta atas
perintah khalifah. Suku Bulgar bahkan pernah mencoba membujuk Vladimir I dari
Kiev untuk menerima Islam pula, namun Vladimir menolak gagasan bahwa Bangsa
Rusia harus berhenti meminum anggur. Baginya anggur ialah “hal yang paling
menyenangkan dalam hidup,” sedangkan Islam melarang hal itu.
Utusan Khalifah Abbasiyah sampai di Volga |
Negeri Volga
Bulgaria yang menguasai jalur perdagangan diantara Eropa dan Asia sebelum era
Perang Salib merupakan negeri yang sangat makmur. Ibu kotanya, Bolghar
merupakan salah satu pusat peradaban Islam yang bersaing dengan sejumlah kota besar
Islam dari sisi luas dan kekayaan. Mitra dagang Bolghar ialah Viking,
Bjarmland, Yugra, dan Nenet di utara, Baghdad dan Konstantinople di selatan,
Eropa di Barat, hingga Cina di Timur. Namun kejayaan dan kedamaian di negeri
tersebut tidak berlangsung selamanya.
Pada
September 1223 di dekat Samara, pasukan penjelajah Jenghis Khan di bawah
komando Uran, anak dari Subuti Bahadur memasuki Volga. Mereka berhasil
dikalahkan oleh tentara Volga Bulgaria. Namun hal itu mendorong terjadinya
invasi lebih besar dari Bangsa Mongol. Pada tahun 1236 M Mongol pun kembali,
dan kali ini berhasil meluluh-lantakkan negeri tersebut. Diperkirakan hampir
80% populasi di wilayah tersebut terbunuh selama lima tahun pertama berkuasanya
bangsa Mongol. Volga Bulgaria kemudian dianeksasi oleh Mongol sebagai bagian
dari Wilayah untuk para keturunan Jochi. Jochi merupakan anak pertama Jenghis
Khan, yang belakangan memperoleh bagian wilayah paling jauh dari pusat
kekuasaan Mongolia di Asia. Negeri Jochi dan anak keturunannya disebut sebagai
Golden Horde, yang meliputi Moskow, Kiev, Hungaria, dan Polandia.
Belakangan,
bangsa Mongol ter-Islamisasi. Suatu fenomena yang sangat aneh, mengingat secara
teori, bangsa yang berhasil menaklukkan harusnya memaksakan sistem, budaya, dan
kepercayaannya kepada bangsa yang ditaklukkan. Tetapi yang terjadi pada Bangsa Mongol
ketika berhasil menguasai wilayah-wilayah Islam adalah sebaliknya, mereka mengadopsi
Islam dan meninggalkan Tengri, kepercayaan shamanisme yang telah dianut oleh
nenek moyangnya.
Penguasa
Golden Horde merupakan khanate pertama memeluk Islam. Pada periode ini mulai
terjadi percampuran ras antara Bangsa Bulgaria yang Kaukasoid dengan Bangsa
Tatar yang Mongoloid. Kesamaan agama menjadi faktor pendorong cepatnya proses
percampuran ras melalui perkawinan. Itulah mengapa kawasan Volga Bulgaria kemudian
dikenal sebagai Tatarstan, meskipun kini warga lokal tidak begitu suka disebut
sebagai Tatar, sebab asal-muasal mereka ialah Suku Bulgar.
Golden Horde
kemudian pecah pada abad 14 menjadi sejumlah kekhanan (khanate), salah satunya
ialah Kazan Khanate yang berdiri pada 1430-an M. Kazan merupakan suksesor
Golden Horde yang paling berhasil menjaga indepensinya, sedangkan khanate
lainnya menjadi subjek kekuasaan lain. Khanate Krimea misalnya yang kemudian
menjadi vasal dari Turki Ottoman.
Pada 1552 M,
Tsardom Muscovy (Moskow) di bawah komando Ivan The Terrible yang bertekad untuk
menyatukan seluruh daratan Rusia berhasil menguasai Kazan. Pengaruh Rusia pun
mulai merebak. Kristen Ortodoks mulai diperkenalkan kepada warga Volga. Tidak
pernah ada negeri Islam independen lagi yang muncul di kawasan Volga sejak saat
itu. Volga tetap menjadi subjek Tsardom Russia hingga revolusi Bolhevik. Namun,
Islam dan Kristen diketahui hidup rukun berdampingan dengan damai di wilayah
tersebut.
Pasca
runtuhnya Uni Soviet tahun 1991, kehidupan relijius kembali digalakkan dan
restorasi sejumlah situs yang menjadi bagian dari sejarah Bangsa Volga Bulgaria
masa lalu kembali diangkat, termasuk ibu kota Volga Bulgaria kuno, Bolghar. Kini,
wilayah Volga Bulgaria dikenal sebagai Republik Tatarstan, salah satu negara
bagian Federasi Rusia. Ibu Kotanya ialah, Kazan, kota metropolitan terbesar
ketiga di Rusia setelah Moskow dan St. Petersburg.
Sejumlah
situs warisan sejarah Islam masih dapat kita temui di sana, bersamaan dengan
sejumlah bangunan monumental yang dibangun pada era modern. Masjid Kul Sharif
di Kremlin (pusat) kota Kazan merupakan salah satu bangunan monumental hasil
restorasi bangunan masjid lama yang dahulu pernah ada sebelum penaklukkan Rusia.
Masjid ini merupakan masjid terbesar di Eropa yang beberapa tahun lalu sempat
menghebohkan netizen di media sosial karena sebuah video yang diunggah
memperlihatkan banyaknya jumlah umat yang shalat jum’at berjamaah di masjid
tersebut. Fenomena itu seolah menjadi titik balik kebangkitan Islam di Rusia,
pasca runtuhnya rezim komunis yang dikenal represif terhadap segala simbol
keagamaan.
Masjid Sharif Khol, Kazan, Republik Tatarstan |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar