Jeddah,
Desember 1925 M.
Setelah
jatuhnya Mekah ke tangan Ibn Saud, sudah tidak ada harapan bagi Ali bin Hussain
untuk mempertahankan kekuasaan Wangsa Hasyim di tanah suci. Dalam waktu dekat,
seluruh Hejaz akan bertekuk lutut di hadapan Saud bersama dengan para
ikhwan-nya. Selama beberapa minggu, Ali telah memerintahkan pasukannya untuk memperkuat
pertahanan di seputar kota dan menaruh beberapa ranjau, ia juga membeli lima
buah pesawat dari Itali untuk memperkuat dua pesawat miliknya yang sudah tua, serta
membeli beberapa tank dari Jerman. Ia telah meminta bantuan kepada kedua
kakaknya, Raja Abdullah dari Transjordan dan Raja Faisal dari Iraq, namun
suplai yang melewati daerah Aqaba bergerak sangat lambat karena takut dihadang
oleh pasukan Ibn Saud.
Suku-suku di seluruh
Hejaz telah bersumpah setia kepada Ibn Saud. Mereka memang sudah lama muak
dengan rezim Hasyim yang hidup bergelimang harta, tapi membiarkan rakyatnya
miskin dan kelaparan. Kejatuhan benteng terakhir Hasyim sudah semakin dekat pikir
Ali, tidak ada yang bisa dipertahankan dari Jeddah, Ibn Saud akan menguasai
seluruh Hejaz dan mungkin seluruh jazirah Arab tanpa terkecuali.
Wangsa Hasyim
merupakan pemilik otoritas atas kota suci Mekah sejak hampir sepuluh abad
lamanya. Sang pemimpin dikenal dengan sebutan Syarif Mekkah, yang bertugas
melindungi kota suci dan memfasilitasi para jamaah haji yang datang dari
seluruh negeri Muslim. Leluhur tertua klan ini ialah Hasyim Bin Abdul Manaf,
kakek buyut dari Rasulullah SAW. Nasab dari klan ini berasal dari Hasan bin
Ali, cucu dari Rasulullah.
Ali tidak
pernah menyangka bahwa ia akan menjadi penguasa Hejaz terakhir yang berasal
dari klan Hasyim. Padahal para leluhurnya selalu diberikan kehormatan oleh para
penguasa Islam untuk mengelola kota suci Mekah. Sejarah mencatat, meskipun
secara nominal Hejaz dikuasai oleh penguasa yang berbeda-beda silih berganti,
dimulai dari Dinasti Fatimiyah, Ayubid, Mamluk, dan terakhir Ottoman, kunci
Ka’bah tetap dipegang oleh keturunan klan Hasyim. Bahkan pada era Ottoman, mereka
memperbesar wilayah otoritasnya ke utara hingga kota suci Madinah dan ke
selatan hingga ke Asir.
Kekuasaan
klan Hasyim tidak pernah mengalami perubahan yang demikian drastis hingga
ayahnya, Syarif Hussein bin Ali memutuskan untuk mengambil manuver politik yang
kelak akan disesali oleh keluarganya, serta menjadi bahan cemoohan dari seluruh
kaum Muslim. Ayahnya merencanakan sebuah plot bekerjasama dengan Kantor Urusan
Luar Negeri Inggris untuk mengadakan pemberontakan terhadap Kekhalifahan
Ottoman.
Pada Perang
Dunia I, Ottoman berada di pihak Jerman melawan kekuatan sekutu yang dimotori
oleh Inggris. Inggris memang membutuhkan sekutu untuk melemahkan kontrol
kekhalifahan di semenanjung Arab. Mereka mengutus T.E. Lawrence atau yang lebih
dikenal sebagai Lawrence of Arabia untuk membantu Syarif Hussein melawan
Ottoman. Mereka berhasil memukul mundur pasukan Turki hingga ke Levant. Syarif
Hussein yang memiliki hasrat untuk menjadi Raja atas seluruh tanah Arab
kemudian ternyata harus dikecewakan oleh Inggris yang diam-diam menyepakati
perjanjian dengan Perancis yang meminta kontrol atas kawasan yang kini dikenal
sebagai negara Syria dan Lebanon.
Ali of Hejaz |
Ali menyadari
kesalahan fatal lainnya yang dilakukan oleh sang ayah ialah memproklamirkan
dirinya sendiri sebagai Khalifah bagi seluruh umat Islam pasca dibubarkannya
Kekhalifahan Ottoman oleh gerakan Turki Muda di Istanbul. Suatu langkah yang
kemudian dengan mudah dipakai oleh Ibnu Saud sebagai senjata melawan klan
Hasyim, karena sang ayah dituduh telah mencuri gelar Khalifah. Kini tak ada
lagi yang tersisa bagi bani Hasyim di Hejaz. Satu-satunya rencana yang akan
dilaksanakan Ali ialah pergi meninggalkan Jeddah menuju Baghdad melewati laut
merah.
Tepat pada 17
Desember 1925, Jeddah jatuh ke tangan Ibnu Saud yang kemudian mendeklarasikan
dirinya sebagai Raja Hejaz. Ia lantas menyatukan negeri Hejaz dan Nejed dalam
satu negara yang kita kenal sekarang sebagai Saudi Arabia.
Kekuasaan
Klan Hasyim di Iraq hanya berlangsung sampai 1958 ketika kelompok nasionalis
Iraq berhasil mengkudeta Raja Faisal II dari tahta dan menggantinya dengan
Republik Iraq. Satu-satunya negeri yang masih dikuasai oleh klan Hasyim ialah
Yordania dengan Raja Abdullah II sebagai penguasanya saat ini.
Hashimete Flag |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar