Sejumlah dekrit baru saja dikeluarkan oleh Sang raja
untuk memuluskan rencana transisi kekuasaan dari para pangeran generasi kedua
ke generasi ketiga. Sang raja sendiri diperkirakan akan menjadi raja yang
terakhir dari generasi kedua setelah baru-baru ini ia menyingkirkan saudara tirinya
dari garis suksesi. Sang raja lantas memberikan keponakannya posisi putra
mahkota, serta menunjuk putranya sendiri sebagai deputi putra mahkota. Dengan
sejumlah pergantian jabatan yang dilakukan oleh sang raja, sesungguhnya ia
telah berhasil memuluskan langkah bagi klannya untuk menjadi satu-satunya faksi yang paling berkuasa dalam menentukan arah kerajaan tersebut di masa yang akan datang.
Sepeninggal pendiri kerajaan yang merupakan ayah dari sang
raja, ada kesepakatan tak tertulis bahwa kekuasaan akan diberikan kepada
anak-anak dari sang pendiri secara bergiliran berdasarkan pada asas senioritas.
Sistem sirkulasi kekuasaan inilah yang menjadikan kerajaan ini unik dari sistem
monarki manapun di muka bumi. Sang pendiri kerajaan memiliki setidaknya 43 anak
dari 22 istrinya, 36 diantaranya merupakan laki-laki. Tidak semua anak
memperoleh kesempatan menduduki kursi singasana, beberapa diantaranya
tersingkir oleh karena kompetisi politik antar faksi, dan sisanya lebih
dikarenakan faktor alamiah, yakni tidak berumur panjang.
Pendiri
kerajaan menikahi istri-istrinya dalam rangka politis, yakni untuk menyatukan
wilayah dengan para penguasa tribal untuk memperkuat dan memperbesar daerah
kerajaannya. Itulah mengapa kontestasi diantara para pangeran terjadi secara
alamiah, mereka berusaha untuk mengamankan kekuasaan klan atau keturunannya. Sang
raja sendiri merupakan bagian dari klan terkuat dalam keluarga kerajaan, putra
dari salah satu istri yang paling penting dari sang pendiri kerajaan. Tidak
pernah ada istri yang begitu banyak melahirkan putra bagi sang pendiri selain
ibunda sang raja. Klannya juga diketahui sebagai yang paling awal mendukung
ekspansi kerajaan pada awal mula berdirinya. Bahkan ibunda dari sang pendiri
kerajaan juga diketahui berasal dari klan yang sama.
Tujuh putra yang dilahirkan oleh ibu sang raja
merupakan orang-orang penting di keluarga kerajaan. Mereka kerap disebut
sebagai the magnificent seven.
Sebelum dirinya menjabat sebagai raja, almarhum saudara tertuanya juga pernah
menempati posisi yang sama. Itulah mengapa sang raja memiliki legitimasi yang
sangat kuat untuk mengkonsolidasikan kekuasaannya agar masa depan kerajaan ini tetap
dilanjutkan oleh klannya. Yang menarik, ada alasan tersembunyi dari mengapa ia
memilih keponakannya sendiri sebagai putra mahkota. Sebab, sang keponakan tidak
memiliki seorang putra yang mampu menggantikannya. Hal ini memberi keringanan langkah
bagi putra dari sang raja sendiri dalam jabatannya sebagai deputi putra mahkota agar kelak dapat meneruskan suksesi kekuasaan monarki
terkaya di semenanjung Asia Barat Daya ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar